Hadila.co.id – Saat memasuki usia 40, Imam Syafi’i berjalan memakai tongkat, padahal fisiknya masih kuat. Saat ditanya sahabatnya, beliau menjawab, “Agar aku selalu ingat bahwa aku musafir yang sedang menuju kampung akhirat.”
Bagi yang mengenal Imam Syafi’i tentu tidak meragukan lagi kedalaman ilmu dan kesalehan pribadi beliau. Meski beliau salah satu Imam mazhab yang memiliki kelebihan dalam banyak hal dibanding ulama lain di masanya, ternyata beliau masih membutuhkan simbol tongkat untuk membuatnya selalu mengingat kematian yang pasti dialami setiap orang.
Kehidupan dunia yang gemerlap mempesona memang bisa menjadikan orang-orang baik tergelincir, lupa asal usul dan tujuan hidup, serta larut hingga lupa terbatasnya usia. Nafsu syahwat dalam diri setiap manusia termanjakan dengan pesona kenikmatan dunia. Pagar dalam bentuk apapun rapuh membentengi kuatnya tarikan nafsu syahwat.
Manfaatkan Dunia Sebagai Ladang Ibadah Menuju Surga
Kabar kematian yang datang tanpa permisi bisa menjadi rem dan kendali bagi kelalaian jiwa yang terpedaya dunia. Allah Swt telah mengingatkan, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”[QS Al Anbiya: 1]
Manisnya dunia telah menyihir manusia hingga melupakan kematian yang selalu mengintai. Abdullah bin Abbas Ra mengabarkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Malaikat maut memperhatikan wajah manusia dimuka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang memperhatikan wajah seseorang, orang itu ada yang tertawa-tawa.” Berkata Izrail: ‘Alangkah herannya aku melihat orang ini, sedangkan aku diutus oleh Allah untuk mencabut nyawanya, tetapi dia masih bersantai dan bergelak tawa.‘
Imam Ghazali juga mengingatkan, “Ada manusia yang sedang tertawa ria, sedangkan kain kafannya sedang dipersiapkan.”
Kalau Imam Syafi’i selalu membawa tongkat untuk mengingat kematian, Rabi’ bin Khaitsam menggali kubur di rumahnya. Setiap hari ia tidur di dalamnya beberapa kali, agar selalu ingat bahwa suatu saat akan mati dan menjadi penghuni kubur.
Setiap kali mengingati mati dan hari kiamat, Nabi Daud bergetar seluruh badannya. Ibnu Hibban berkata dalam autobiografi Yahya bin Abi Katsir ath-Tha`i, “Yahya termasuk salah seorang ahli ibadah. Apabila habis menghadiri pemakaman jenazah, maka ia tak akan menyantap makanan sepanjang malam tersebut, dan tak seorang pun berani berbicara dengannya.”
Duhai insan beriman, semoga kita bisa menunaikan peringatan baginda Nabi Saw, ‘Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian.’ [HR. Tirmidzi].
(Sumber: Majalah Hadila Edisi Juni 2014)