Hadila.co.id — Dalam kehidupan sehari-hari, suami dan istri saling berinteraksi dalam suasana yang unik dan khas. Tidak sama dengan corak interaksi yang terjadi di dalam perusahaan atau organisasi. Suami dan istri adalah dua jiwa, dua nyawa, dua tubuh, dua otak, dua hati, dua pikiran, dua perasaan, dua cara pandang, dua keinginan, dua visi, dua misi, dua cita-cita yang dicoba disatukan. Menyatunya dua bagian yang berbeda dalam satu wadah bernama keluarga, tentu peristiwa yang sangat unik.
Kenyatannya, banyak pasangan suami istri yang proses penyatuannya tidak berjalan mulus, walau kehidupan rumah tangga mereka sudah berjalan lama. Lima tahun, sepuluh tahun, bahkan ada yang sudah dua puluh tahun berumah tangga, tetapi rasanya tidak juga segera menyatu. Bahkan terasa semakin menjauh saja satu dengan yang lainnya. Suami berada di suatu tempat dan istri di tempat lainnya. Tidak semakin mendekat namun semakin kukuh dan kokoh mempertahankan ego masing-masing.
Untuk bisa menyatukan dua bagian yang tidak sama ini, memerlukan sebuah rumus chemistry tertentu yang unik dan khas. Berbeda antara satu pasangan dengan pasangan lainnya. Setiap pasangan suami istri harus berusaha menemukan rumus “chemistry penyatuan” jiwa di antara mereka, agar semakin lama hidup berumah tangga, akan semakin mesra, semakin kompak, semakin kokoh ikatannya, semakin cinta, semakin sayang, semakin mudah mengerti, dan semakin mudah memahami.
Semakin tua usia pernikahan mereka, harus membuat suami dan istri semakin mudah menyelesaikan masalah, semakin mudah menghindari konflik, semakin mudah menempatkan diri pada posisi yang tepat untuk mencapai kebahagiaan bersama dalam keluarga.
Kegagalan Menemukan “Chemistry Penyatuan”
Suami dan istri harus selalu berusaha untuk menemukan rumus “chemistry penyatuan” di antara mereka. Walaupun laki-laki dan perempuan memang banyak perbedaan, bukan alasan untuk tidak bisa menemukan chemistry kesatuan hati, pikiran, dan perasaan. Suami dan istri harus selalu sadar untuk berproses bersama menuju pencapaian chemistry penyatuan.
Keluarga yang belum menemukan chemistry penyatuan, bahkan semakin menjauh dari chemistry, bisa dilihat dan dirasakan dari lima gejala yang muncul di antara suami dan istri, sebagai berikut.
Satu, mudah tersulut konflik. Hanya karena hal-hal sederhana dan sepele, membuat suami dan istri terlibat cekcok serta konflik. Banyak konflik tidak produktif dan tidak semestinya terjadi dalam keluarga mereka.
Dua, sering salah paham. Setiap pembicaraan dan komunikasi, tidak berujung kepada pengertian, tetapi justru menimbulkan kesalahpahaman. Akhirnya membuat mereka malas berkomunikasi.
Tiga, tidak ada yang mau mengalah. Setiap muncul gejala konflik atau masalah, selalu berujung pertengkaran yang tidak mudah dilerai, karena tidak ada yang mau mengalah. Keduanya merasa heran, mengapa pasangannya tidak pernah mau mengalah.
Empat, selalu merasa dirinya benar. Suami dan istri selalu menganggap dirinyalah yang benar, dan pasangannya berada di pihak yang salah. Keduanya merasa heran, mengapa pasangannya tidak pernah merasa bersalah.
Lima, menganggap dirinya yang selalu mengalah. Suami merasa selama ini dia selalu mengalah. Hal sama dirasakan istri. Dia menganggap selama ini dirinya sudah selalu mengalah. Mereka menuduh pasangannya yang tidak pernah mau mengalah.
Menuju “Chemistry Penyatuan”
Jangan letih untuk menemukan chemistry penyatuan jiwa antara suami dan istri. Tidak ada yang sulit selama keduanya mau berproses untuk menemukannya. Yang diperlukan hanyalah kesediaan untuk berubah, kesediaan untuk berproses menuju kondisi yang lebih baik, kesediaan untuk lebih fokus melihat masa depan keluarga, bukan fokus pada masa lalu. Suami dan istri hendaknya membuka diri, membuka pikiran, membuka perasaan, membuka mata hati, agar bisa melihat segala sesuatu dengan jernih dan bening. Bukan dengan kacamata emosi.
Untuk menemukan chemistry penyatuan suami dan istri, sesungguhnya tidak rumit. Kita menggunakan langkah yang sederhana saja. Jika lima langkah berikut ini berhasil dilaksanakan dalam kehidupan keluarga, insyaAllah chemistry penyatuan jiwa akan semakin mudah didapatkan.
Saya mengajak suami dan istri untuk berlomba dalam lima aktivitas berikut ini: Satu, berlomba untuk mendahului meminta maaf kepada pasangan. Dua, berlomba untuk mendahului memaafkan pasangan. Tiga, berlomba untuk mendahului mengalah demi kebaikan bersama. Empat, berlomba untuk mendahului menyesuaikan dengan keinginan pasangan. Lima, berlomba untuk mendahului memberikan yang terbaik bagi pasangan.
Tidak sulit menemukan chemistry penyatuan suami istri, apabila masing-masing pihak menjadi juara dalam lima jenis perlombaan di atas. Selamat berlomba, semoga Anda lah juaranya. Anda yang menjadi pemegang kunci tercapainya chemistry penyatuan jiwa dalam keluarga. [Oleh: Cahyadi Takariawan | Dimuat Hadila Edisi Agustus 2014]