Hadila.co.id – 9 September diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional (HAORNAS), ini bisa menjadi momentum yang tepat untuk merenungi kembali, sudahkah olahraga menyehatkan masyarakat. Karena ternyata, menjaga kesehatan dengan olahraga adalah tantangan tersendiri di era screen generation sekarang ini. Dimana permainan tradisional yang melatih kesehatan fisik mulai tergantikan oleh gadget.
Banyak orang yang waktunya habis di depan gadget, menjelalah dunia maya, sibuk di media sosial atau sekadar asyik nge-game, dan mulai melupakan aktivitas yang menguras tenaga dan melatih fisik seperti olahraga ataupun sekedar memainkan permainan tradisional.
Anak Kurang Percaya Diri? Begini Cara Kita Menanganinya
Dalam dunia pendidikan, olahraga tidak semata-mata memberikan pengetahuan (teoretis) tentang olahraga itu sendiri, melainkan memenuhi fungsinya ‘mengolahragakan’ siswa.
Juga menanamkan nilai-nilai yang menyusun karakter positif siswa. Untuk itu, menggunakan permainan tradisional yang mengandung unsur olahraga, bisa juga dilakukan sebagai selingan dalam pengajaran.
Permainan tradisional yang mengandung unsur olahraga dan menyehatkan kini pun mulai tergusur dengan pola permainan di dalam rumah (menonton TV, bermain di games station dan computer) yang notabene bersifat individual dan tidak mengembangkan keterampilan sosial anak.
Anak Sering Marah dan Memukul saat Meminta Sesuatu? Orangtua Perlu Terapkan Tips Berikut Ini
Sebuah hasil penelitian terhadap 35 Taman Kanak-kanak di Yogyakarta berkenaan dengan pemecahan masalah sosial anak, menemukan bahwa penyelesaian permasalahan pada saat anak berinteraksi cenderung negatif atau bersifat agresif seperti memukul, menendang, menjambak, dan mencubit. Ini menunjukkan keterampilan sosial yang kurang terarah.
Permainan tradisional yang mengandung unsur olahraga seperti Egrang,
Kreweng (pecahan Genteng), Bentengan, Galasin, Gasing, Kasti, Layang-layang, Petak Umpet, Yo-Yo, Balap Karung, tak sekadar menyehatkan.
Namun juga mampu mengembangkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan membangun karakter siswa (kejujuran, sportivitas, saling menghargai, dan keterampilan sosialisasi) jika dikelola dengan baik.
Belajar Menjadi Ayah Lewat Dialog Ayah dan Anak dalam Alquran
Karena itu alangkah baiknya tenaga pendidik khususnya bidang olahraga (penjasorkes) dapat memasukkan sebagian permainan anak yang memenuhi kriteria sesuai dengan tujuan pengajaran, dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Kiranya perlu juga kita membudayakan permainan-permainan tradisional ini kembali, atau lebih bagus jika pemerintah mengadakan even festival atau lomba permainan tradisional. Dengan harapan, agar permainan warisan leluhur Bangsa Indonesia yang menyehatkan tidak punah seiring perkembangan zaman.<>