Hadila.co.id — Siapa yang tak kenal Gol A Gong? Penulis, ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Indonesia, perancang program TV, pendiri ‘Rumah Dunia’, penggagas perjalanan Tur Literasi Anyer–Panarukan dan segudang aktivitas (kalau tidak bisa disebut sebagai profesi) yang erat kaitannya dengan dunia literasi.

Saat singgah di Solo, Gol A Gong beserta rombongan bersilaturahmi dengan Hadila. Penulis yang bernama asli Heri Hendrayana Harris ini bercerita tentang kegiatannya, juga misi besar yang sedang dijalankan bersama timnya.

Rumah Dunia, Sanggar Seni Rintisan Gol A Gong

Gong, mulai terjun di dunia penulisan sejak SMA. Saat itu Gong bertekad bahwa jika bisa sukses sebagai penulis dia akan mudahkan segala urusan orang untuk belajar menulis. Gayung bersambut dengan sang istri, Tiyas Tatanka, yang selalu mendukungnya.

Mewujudkan janji, Gong merintis Rumah Dunia. Semacam sanggar seni sekaligus tempat untuk belajar menulis bagi berbagai kalangan. Aktivitasnya beragam. Ada pentas teater, training, latihan berpidato, kelas jurnalistik, kelas TV Program, pembuatan film pendek, dan lain-lain.

Rumah Dunia terbuka lebar, gratis bagi siapa saja yang ingin belajar atau berbagi ilmu. Prinsipnya sharing, yang punya ilmu di bidang tertentu berbagi ilmu kepada yang lain. Peserta belajar berasal dari berbagai kalangan, begitu pun dengan relawan pengajarnya. Ada pula yang tinggal di asrama untuk belajar dan berbagi ilmu secara lebih intensif.

BACA JUGA: Kenang Alm Mulyanto Utomo, Keluarga Gelar Doa Bersama dan Bedah Buku

Sanggar yang berada di belakang rumah kediaman Gong, di Serang Banten ini sudah ‘meluluskan’ sekian banyak orang yang sukses di bidang penulisan, jurnalistik, dan lain-lain.

Oleh pemerintah, Rumah Dunia ini dijadikan sebagai role model Taman Bacaan Masyarakat. Sehingga ketika ada yang hendak mendirikan Taman Bacaan Masyarakat yang ideal bisa mencontoh bagaimana sistem yang berjalan di Rumah Dunia.

Melakukan Tur Literasi

Tur literasi dilakukan Gong bersama tim Rumah Dunia dari Anyer hingga Panarukan. Rute ini di ambil dengan semangat menghapus kenangan pahit sejarah dibangunnya jalur tersebut oleh Daendels, dengan kerja rodinya.

Gong dan tim melintasi rute yang sama untuk mengadakan kerja literasi berupa: pelatihan menulis, seminar, talk show, orasi literasi, musikalisasi puisi, kunjungan media dan hal-hal lain terkait campaign budaya literasi.

Di Solo, bersama beberapa komunitas penulis, taman bacaan, komunitas sosial, penerbit buku, media, Gong berharap mampu menghidupkan budaya literasi melalui beberapa event. Salah satunya yang masih digagas, Jateng Membaca. <Majalah Hadila Edisi Januari 2015>