Mengenal Lebih Dekat Relawan Pengawal Ambulans, Indonesia Escorting Ambulance (IEA)

Mengenal Lebih Dekat Relawan Pengawal Ambulans, Indonesia Escorting Ambulance (IEA)

Sebuah ambulans melaju kencang dengan posisi sirine dan strobo menyala melewati gedung PMI Solo pada Rabu malam 28 November 2018. Tidak berbelok ke RSUD Dr. Moewardi, tetapi lurus ke arah perempatan Panggung.

“Ada yang ngawal nggak?”

“Kosong, nggak ada yang ngawal!”

“Kejar!”

Dua orang mengenakan jaket berlogo IEA atau Indonesia Escorting Ambulance mengenakan sepatu boots, sarung tangan, dan celana jins langsung menyambar helm dan memacu motor mereka mengejar ambulans yang baru saja lewat.

***

“Itu merupakan panggilan hati nurani, sebagai bentuk keprihatinan kami ketika ada ambulans yang belum mendapatkan prioritas di jalan,” tutur Korlap dari Indonesia Escorting Ambulance (IEA), Govin, kepada Hadila saat kopdar IEA Soloraya pada 28 November 2018.

Macetnya jalanan tak jarang menjadikan ambulans yang membawa pasien kritis tersendat jalannya. Hal yang lebih memprihatinkan lagi ketika pengendara lain acuh tak acuh dengan keberadaan ambulans walaupun sudah menyalakan sirinenya.

Keprihatinan ini kemudian memantik kepedulian dari beberapa orang yang tergabung dalam organisasi Indonesia Escorting Ambulance (IEA) atau yang lebih dikenal dengan Relawan Pengawal Ambulans. Organisasi nasional ini sudah berdiri sejak Oktober 2017 yang lalu.

Ketika ditanyakan terkait mekanisme pengawalan seperti apa. Mughni, salah seorang anggota IEA Korwil Soloraya ini menjelaskan bahwa sudah ada grup driver ambulans dan anggota IEA. Sehingga ketika mau berangkat driver bisa menginfokan ambulans akan melakukan perjalanan menuju ke mana, berangkat dari mana, dan jam berapa.

“Tak hanya dari grup saja, ketika di jalan dan kita ketemu ambulans, langsung kita kawal. Tentu ketika kami mengenakan perlengkapan safety, sepatu, jaket, helm, dan yang lainnya. Namun jika sedang tidak safety karena kebetulan keluar dekat rumah, pakai sandal dan celana pendek misalnya, kami segera infokan ke grup agar teman kami yang ready langsung bisa melakukan pengawalan,” tambah Mughni.

Kendaraan yang mereka gunakan bervariasi, beberapa kendaraan yang mereka gunakan dilengkapi dengan box, lampu tambahan, hingga sirine. Beberapa aksesori yang mereka gunakan sebagian tidak standar, termasuk sirine yang harusnya tidak boleh digunakan pada kendaraan pribadi. Namun, peralatan itu memang hanya digunakan dalam kondisi tertentu, saat emergency, dan tidak semua pengawalan yang mereka lakukan menggunakan sirine.

Dalam melakukan aksinya, IEA tidak memungut biaya sama sekali. Mereka dengan sukarela melakukan ini demi kemanusiaan.

Ada salah satu pengalaman mengharukan saat dua orang anggota IEA Soloraya melakukan pengawalan ambulans dari RSUD Grobogan yang masuk ke Solo. Mereka sudah berupaya yang terbaik untuk membukakan jalan bagi ambulans tersebut, tetapi nahas, lalu lintas Kota Solo saat itu sedang macet parah karena berbarengan dengan dua event besar yang sedang dilaksanakan. Pasien yang ada di dalam ambulans meninggal dunia sebelum sampai di rumah sakit yang dituju.

“Kita sudah berusaha semaksimalnya, masyarakat banyak yang sudah peka kemudian memberikan jalan kepada kami. Namun, ternyata pasien memang sudah tidak bisa tertolong dan meninggal dunia di dalam ambulans. Maka kami berkoordinasi dengan keluarga dan driver ambulans, akhirnya disepakati kami lanjutkan pengawalan hingga ke rumah sakit dan diperiksa oleh pihak dokter. Pasien sudah positif meninggal dunia,” tutur Mughni yang saat itu salah satu anggota yang melakukan pengawalan tersebut.

Ketika ditanyakan apa harapan dari IEA kepada masyarakat, Govin, korlap IEA Soloraya yang saat ini statusnya masih pelajar di bangku SMK menjelaskan.

“Sesuai misi kita, agar masyarakat sadar akan sirine ambulans, bila mendengar langsung menepi. Karena satu menit saja kerelaan meraka untuk menepi itu sangat berarti bagi keselamatan pasien yang ada di dalam ambulans.”

Saat ini ada 35 orang anggota resmi IEA Soloraya. Mereka rata-rata bergabung karena panggilan hati nurani. Ada juga member yang bergabung karena pernah menjadi keluarga pasien yang saat di dalam ambulans pernah dikawal oleh IEA.

Cara bergabung menjadi anggota pun tidak sulit, syaratnya adalah; pertama, punya niat untuk membantu sesama. Kedua, memiliki motor, sim C, dan surat-surat kendaraannya lengkap. Ketiga, hadir di kopdar IEA. Nanti akan ada pembinaan lebih lanjut.<>

 

Taufik
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos