Mewujudkan Pariwisata Inklusif, karena Wisata adalah Hak Semua Orang

Mewujudkan Pariwisata Inklusif, karena Wisata adalah Hak Semua Orang

Hadila.co.id — Forum Komunikasi Stakeholder Pariwisata Surakarta, Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Surakarta menggelar seminar bertajuk “Pariwisata untuk Semua; Sebuah Peluang Tantangan bagi Dunia Kepariwisataan Surakarta” di Hotel Sunan Surakarta, Sabtu (28/12).

Kegiatan ini digelar mengingat bahwa wisata adalah hak setiap orang. Sehingga seharusnya semua orang dapat mengakses tempat wisata.

Dipandu Drs. Mulyanto Utomo, M.Si. sebagai moderator, ada tiga narasumber yang menjadi pengisi kegiatan ini. Masing-masing menyampaikan materi sesuai dengan kapasitas untuk mewujudkan pariwisata yang ramah untuk semua.

Narasumber pertama, Drs. Hasta Gunawan, M.M., Kepala Dinas Pariwisata Kota Surakarta menyampaikan soal perkembangan industri pariwisata di Kota Surakarta. Menurutnya, saat ini Surakarta sudah memiliki banyak sekali tempat yang bisa menjadi destinasi wisata.

BACA JUGA: Tanamkan Nilai-Nilai Positif Kehidupan, SDIT Nur Hidayah Gelar Pesta Siaga

Hal ini didukung dengan banyaknya hotel berbintang (49 hotel) dan hotel non-berbintang (107 hotel) yang sudah dibangun di Surakarta.

Selain itu, menurut data, terhitung sampai 25 Desember 2019, Kota Surakarta sudah dikunjungi oleh setidaknya 5 juta wisatawan asing dan domestik sepanjang 2019 ini. Jumlahnya meningkat dibanding beberapa tahun sebelumnya.

“Namun demikian, harus diakui bahwa memang belum semua tempat wisata di Surakarta ini ramah difabel,” ujar Hasta.

Ia selanjutnya menayangkan slide yang berisi gambar beberapa tempat wisata yang sudah dan belum aksesibel di Surakarta.

Tempat-tempat seperti halte bus, halaman Pura Mangkunegaran, Taman Balekambang, Terminal Tirtonadi, dan lainnya, sudah cukup ramah difabel.

“Kami pun saat ini juga tengah berusaha menyampaikan kepada para pemilik destinasi wisata supaya membuat lokasi wisatanya menjadi lebih ramah difabel,” sambung Hasta.

BACA JUGA: Tanggung Jawab Pemimpin di Masa Para Sahabat yang Bisa Diadikan Teladan

Ia juga menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini sangat positif sebagai sarana untuk menemukan solusi demi terwujudnya pariwisata inklusif (pariwisata yang bisa mencakup semua, dapat diakses oleh siapa saja, termasuk ramah difabel).

“Daripada protes, marah-marah di media sosial, kegiatan diskusi seperti ini jauh lebih bisa menghasilkan solusi. Mari kita saling bekerja sama untuk menciptakan tempat-tempat wisata dan fasilitas publik yang lebih ramah untuk semua,” ungkap Hasta.

Narasumber lain, Dwi Ariyani, Ketua Solo Raya Accessible Tourism (SRAT)–komunitas penggiat wisata untuk semua di Soloraya, menyampaikan soal pentingnya pariwisata inklusif.

“Menurut data World Health Organization (WHO), 15 persen jumlah penduduk dunia adalah penyandang disabilitas, oleh sebab itu sangat penting bagi suatu tempat wisata untuk dibangun dengan ramah difabel,” ujarnya.

Namun demikian, kenyaataannya saat ini masih banyak tempat wisata yang masih kurang sarana prasarana yang aksesibel. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemahaman para pengelola pariwisata terkait kebutuhan masing-masing penyandang disabilitas.

BACA JUGA: Peringati HGN, Siswa SDIT Nur Hidayah Beri Hadiah Kejutan buat Para Guru

“Mudah-mudahan dengan acara diskusi seperti ini, yang menyatukan rekan-rekan difabel dengan pihak pengelola kebijakan pariwisata, dapat menjadi solusi agar pengelola pariwisata semakin memahami apa saja kebutuhan rekan-rekan difabel,” tambah Dwi.

Selanjutnya, perempuan yang mengaku gemar melakukan solo traveling tersebut menunjukkan beberapa foto perjalanan wisatanya ke berbagai destinasi wisata–baik di dalam maupun luar negeri, sembari menceritakan pengalamannya saat mengunjungi destinasi wisata tersebut sebagai penyandang disabilitas.

“Ketika saya ke Rwanda, salah satu negara kecil di Afrika, di sana ada destinasi wisata untuk melihat binatang di alam terbuka,” kisah Dwi.

“Sebenarnya tempatnya tidak aksesibel untuk penyandang disabilitas. Namun, kami akhirnya berkomunikasi dengan pengelola, dan akhirnya ada solusi untuk kami. Kami tidak berkeliling dengan bus yang biasa digunakan, tetapi menggunakan mobil biasa yang disediakan oleh pengelola,” tambahnya.

Hal ini diceritakan Dwi untuk menjelaskan bahwa kita memang perlu melakukan diskusi/komunikasi supaya dapat menemukan solusi terbaik.

Narasumber ketiga, Y. Anni Aryani, Dosen Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, yang juga anggota SRAT menyampaikan soal peluang ekonomi pariwisata untuk semua.

Menurutnya, pariwisata inklusif itu tidak sekadar menyiapkan fasilitas yang ramah difabel di suatu tempat wisata, tetapi juga memastikan bahwa fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik.

“Misalnya pengelola menyiapkan ram, jadi tidak sekadar disiapkan begitu saja. Namun, harus memastikan bahwa ram tersebut dapat dimanfaatkan secara mandiri oleh difabel. Tentunya ini memerlukan proses-proses tertentu,” paparnya.

BACA JUGA: Hijrah Bisa Berujung Riya, Muzammil Hasballah: “Luruskan Niat Hanya karena Allah!”

Selanjutnya, kalau melihat data jumlah difabel yang begitu besar di Indonesia dan dunia, Anni mengungkapkan bahwa hal ini sebenarnya bisa menjadi ceruk pariwisata yang bisa digarap.

Di Indonesia sendiri, hal ini belum banyak dioptimalkan. Sementara di luar negeri, sudah cukup banyak. Oleh sebab itu, tambah Anni, pariwisata inklusif atau yang ramah difabel memiliki potensi ekonomi yang bagus.

Senada dengan Hasta dan Dwi, Anni juga menyampaikan bahwa diskusi seperti yang dilakukan saat ini bisa menjadi salah satu solusi untuk membangun tempat-tempat wisata yang lebih aksesibel.

“Kadang kan di antara orang normal dan rekan-rekan difabel terjadi gap dalam komunikasi. Yang normal merasa sungkan saat hendak membantu rekan difabel–takut kalau nanti ia tersinggung atau apa, dan rekan difabel kadang juga sungkan untuk meminta bantuan. Jadi, dengan adanya forum seperti ini, kita bisa saling memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan. Forum seperti ini, buat saya, membahagiakan sekali,” ungkap Anni.

Kegiatan ini dihadiri oleh rekan-rekan difabel dari berbagai komunitas, pelaku usaha pariwisata, dan masyarakat umum. <Ibnu Majah>

Ibnu
EDITOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos