Hadila.co.id — Mendapatkan penghasilan tetap di setiap bulan tanpa risiko yang tinggi menjadikan sebagian besar orang yang bekerja sebagai karyawan enggan keluar dari “zona nyamannya” untuk mulai berbisnis. Mereka lebih senang disibukkan dengan pertanyaan “bagaimana nantinya?” dan kekhawatiran-kekhawatiran lain yang tak pasti, sehingga ide bisnis yang ada dalam benak hanya mentok pada tataran ide tanpa eksekusi.
Berbeda dengan kebanyakan orang yang bekerja sebagai karyawan, Sulistyowati dan suaminya, Novi, yang pernah bekerja sebagai karyawan di sebuah kantor penerbitaan justru terdorong hatinya untuk keluar dari zona nyamannya dan memutuskan memulai bisnis dengan membuat kantor penerbitan bernama CV Hasan Pratama di tahun 2008 silam.
Ditemui di kantornya, di Kartasura, Sukoharjo, Sulistyowati menceritakan awal mula berdirinya usaha penerbitan buku Lembar Kerja Siswa (LKS) dan buku agama tersebut.
Awal Mula berbisnis
Berbekal niat karena Allah, ingin bermanfaat, restu orangtua, dan modal 13 juta rupiah, Sulistyowati dan Novi mantap memulai bisnis penerbitan mereka.
“Yang namanya orang kan nggak mungkin pengin jadi karyawan terus, penginnya juga punya usaha. Akhirnya, berbekal niat karena Allah, ingin bermanfaat, modal 13 juta dan restu dari orangtua kami resign dari tempat kerja dan memulai usaha ini kecil-kecilan di rumah ibu mertua (ibu bapak Novi),” ungkap Sulis, panggilan akrab Sulistyowati.
Dengan modal yang minim, Sulistyowati harus membeli seluruh keperluan kantor seperti komputer, membeli alat tulis kantor (ATK), alat transportasi, dan yang tak kalah penting adalah gaji ke-tujuh orang karyawannya.
“Dari 13 juta itu, yang jadi prioritas saya adalah gaji karyawan. Karena saya yakin, dengan memberikan hak orang lain, maka Allah akan memudahkan kita. Tapi kalau kita justru halangi hak orang lain, itu malah jadi batu sandungan bagi bisnis kita,”ungkap Sulis.
Meski bermodal minim, Sulis mengaku ada banyak pihak yang membantu mereka. Mulai ada teman yang menyewakan rumah untuk kantor pengembangannya, sales yang bersedia membayar buku di awal yang mereka pesan sebelum cetak, dan ada pula yang kemudian dengan rela hati meminjamkan komputernya.
Lika-liku bisnis
Tidak ada yang mudah dalam memulai bisnis, diperlukan kerja keras, keyakinan, dan selalu belajar dari kegagalan. Begitu pun dengan Sulis dan suami yang pernah mengalami kerugian di masa lalu akibat pergantian kurikulum.
“Kendala yang kami hadapi lebih kepada kurikulum pendidikan yang setiap ganti pemimpin akan berganti kurikulum. Pernah sebelumnnya, LKS kami sudah ready (sudah cetak dan siap kirim) tapi pemerintah baru memberitahukan jika kurikulum berganti (telat). Karena memang biasanya pemerintah memberikan pengumuman soal kurikulum ini di akhir. Padahal, sebagai penyedia buku LKS, kami harus mencetaknnya di awal agar bukunya sudah ada di sekolah sebelum siswa masuk. Jadi, pada saat itu kami mengalami kerugian, baik rugi waktu, tenaga, dan uang,”ungkap Sulis.
Dalam kasus tersebut, beberapa rekan sesama pencetak buku pendidikan banyak yang gulung tikar. Sementara Sulis dan Novi mengaku merasa bersyukur masih bisa bertahan. Sulis meyakini bahwa dia masih bertahan karena pertolongan Allah, “Benarlah, dengan memberikan haknya orang lain dan tidak meninggalkan sedekah, Allah akan menolong dan memudahkan usaha kita.”
Selain rugi akibat pergantian kurikulum, Sulis juga mengaku bahwa perputaran uang dari sales area kadang macet.
“Ada teman-teman sales area yang pembayaran buku LKS-nya kadang telat lama. Di sini kami memberikan mereka kelonggaran. Karena kita kan tidak tahu teman-teman di lapangan itu seperti apa? Mungkin ada yang kecelakaan, istrinya mau melahirkan, dll. Terkait ini, kami lebih memilih jalur kekeluargaan untuk menyelesaikannya,” lanjut Sulis yang lebih senang untuk memahamkan karyawannya di lapangan dan produksi agar tetap terjadi komunikasi yang baik. Karena bagi Sulis, komunikasi merupakan hal yang paling urgen dalam sebuah bisnsis bila ingin berkembang menjadi besar.
Melalui lika-liku bisnis yang panjang selama 8 tahun ini, akhirnya Sulis dan Novi bisa membangun kantornya sendiri pada tahun 2013 dan membangun tempat percetakan sekaligus membeli mesin cetak pada tahun 2014 silam. Karyawan yang awalnya hanya tujuh orang pun, kini telah berkembang menjadi 80 orang karyawan di penerbitan dan percetakan serta 50 orang sebagai sales area diseluruh Indonesia kecuali Papua.
“Bagi siapa pun yang ingin memulai bisnis, jangan pernah ragu untuk memulai. Yakin, niatkan karena Allah, berikan haknya orang lain, jalin komunikasi yang baik, dan jangan pernah lupakan sedekah. Satu lagi, belajarlah dari kesalahan. Jangan pernah melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya,” tuturnya mengakhiri percakapan kami.<>
Penulis: Rahmawati Eki. Hadila Edisi Desember 2015, Tenang Kala Berbadan Dua
Editor: Fitria Julestri