Oleh : Cahyadi Takariawan (Konselor Keluarga Nasional)
Hadila – Suatu hari, datang ke rumah kami seorang istri, sebut saja namanya Bunga, membawa pesan dari suaminya untuk ditanyakan kepada kami. Bukan pertanyaan tentang agama atau hal penting lainnya. Pertanyaan sangat sederhana, tetapi sang suami merasa harus mendapat jawaban dari kami. Kami menerima dengan “deg degan”, apa gerangan yang akan ditanyakan oleh mereka.
“Suami saya meminta saya datang ke rumah Pak Cah untuk bertanya kepada Bu Ida, apakah Pak Cah setiap hari mengucapkan I love you kepada Bu Ida?” Demikian pertanyaan Bunga.
“Sebegitu pentingkah pertanyaan tersebut?” tanya kami.
“Karena suami saya marah kepada saya, gara-gara saya menuntut agar ia mengucapkan kata I love you setiap hari kepada saya. Ia tidak mau memenuhi permintaan saya tersebut, malah menyuruh saya bertanya kepada Bu Ida, apakah Pak Cah melakukan hal itu setiap hari?”
“Oooo, itu sebabnya yaa… mengapa pertanyaan sesederhana itu harus dibawa ke rumah kami,” Tanya Bu Ida. “Karena saya bilang sama suami saya, menurut Pak Cah, suami harus mengucapkan I love you setiap hari. Maka suami saya menyuruh saya mengkonfirmasi kepada Bu Ida, apakah Pak Cah benar-benar melakukan itu.” Begitu Bunga menjelaskan alasannya.
Pertanyaan suami Bunga tersebut, kalau saya bahasakan ulang adalah, “Pentingkah ucapan I love you disampaikan setiap hari kepada pasangan?” Atau, “Perlukah kita mengucapkan I love you setiap hari kepada pasangan?” Ya, sepenting atau seperlu apa ucapan itu diverbalkan setiap hari kepada pasangan.
Jawaban dari pertanyaan ini tentu bisa sangat beragam, tergantung perspektif yang kita gunakan. Saya akan coba menjawab dalam beberapa versi, agar kita bisa memahami persoalan ini dengan lebih luas dan lapang.
Pertama, saya jawab PENTING. Kapan kata I love you menjadi penting diungkapkan secara verbal kepada pasangan? Yaitu ketika pasangan Anda memiliki bahasa cinta “words of affirmation” alias kata-kata afirmasi. Semoga Anda masih ingat teori mbah Garry Chapman tentang lima bahasa cinta.
Nah, jika istri Anda memiliki tipe bahasa cinta words of affirmation, maka ia baru merasa dicintai apabila sering mendapatkan gelontoran kata-kata cinta, kata-kata romantis, kata-kata mesra, kata-kata pujian dari Anda. Betapa kering istri Anda, merasa merana, merasa tidak dicintai oleh Anda, apabila ia tidak pernah mendapatkan gelontoran kata-kata afirmasi dari Anda. Tanki cintanya menjadi kosong, dan ia sangat haus untuk diisi dengan bahan bakar kata-kata afirmasi tersebut.
Dengan demikian, bagi pemilik bahasa cinta kata-kata afirmasi, maka ungkapan I love you, kata-kata mesra, ucapan penghargaan, pujian, dan yang serupa itu, menjadi penting, bahkan sangat penting. Tanpa kata-kata afirmasi, pemilik bahasa cinta ini tidak akan merasa dicintai.
Kedua, saya jawab TIDAK PENTING. Kapan kata I love you menjadi tidak penting untuk diungkapkan secara verbal kepada pasangan? Yaitu ketika pasangan Anda memiliki bahasa cinta quality time, receiving gifts, acts of service, atau physical touch. Bagi mereka yang bahasa cintanya bukan words of affirmation, maka kata-kata tidak terlalu penting baginya.
Bagi perempuan yang bahasa cintanya hadiah, sebanyak apa pun Anda mengucapkan kata I love you kepadanya, ia tetap merasa tidak dicintai. Namun jika Anda sering memberinya hadiah, maka ia merasa sangat dicintai, meskipun tak pernah mendengar kata rayuan dan kalimat romantis dari Anda. Jadi, apa gunanya Anda belajar menyusun puisi, jika istri Anda bukan bertipe words of sffirmation.
Bagi perempuan yang bahasa cintanya tindakan pelayanan, berapa ribu kali setiap hari Anda mengucapkan kata I love you kepadanya, ia tetap merasa tidak dicintai. Namun jika Anda senang membantu kerepotannya, maka ia akan merasa sangat bahagia dan merasa mendapatkan limpahan cinta. Perempuan yang bahasa cintanya acts of service, memilih dibantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang menumpuk, dibanding mendengar kalimat pujian dari sang suami.
Jelas ya, ucapan I love you tidak penting bagi mereka yang tipe bahasa cintanya bukan words of affirmation. Jika Anda tetap mengucapkan, itu baik. Namun sebanyak apa pun Anda mengucapkannya, tak akan bisa memenuhi tanki cintanya. Karena tanki cinta hanya bisa dipenuhi oleh bahasa cinta yang dimilikinya.
Ketiga, saya jawab “Tergantung Situasi.” Kadang seseorang memiliki lebih dari satu bahasa cinta. Misalnya, gabungan antara words of affirmation dan quality time. Jika ada dua bahasa cinta yang dominan, maka Anda bisa “memainkan” situasi dan kondisi yang berkembang setiap hari. Sesekali waktu, Anda hanya perlu menemaninya jalan-jalan, atau menemaninya pergi belanja ke pasar.
Namun pada kesempatan yang lain, Anda perlu mengucapkan kata I love you kepada istri Anda. Ini untuk memenuhi hasrat tipe bahasa cinta words of affirmation yang juga dimilikinya. Dengan demikian, kata-kata tidak harus Anda ungkapkan setiap hari. Lihat saja situasi dan kondisi, mana yang lebih memungkinkan untuk Anda penuhi.
Keempat, saya jawab “Belajarlah.” Tanpa harus melihat tipe bahasa cinta istri, Anda bisa belajar untuk memverbalkan cinta Anda menggunakan kata-kata. Ingat, perempuan adalah makhluk verbal, yang dalam otaknya sangat banyak tersebar FOXP2, protein bicara, yang membuat mereka mampu memroduksi 20.000 kosa kata setiap harinya. Itu yang membuat perempuan tampak sangat cerewet di mata laki-laki, yang hanya mampu memroduksi 7.000 kosa kata setiap harinya.
Maka belajarlah menemaninya mengobrol, berbicara, berkomunikasi, dan mengekspresikan cinta dengan kata-kata. Hal ini juga untuk melatih dan memberi contoh kepada anak-anak, agar mereka terbiasa mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Secara umum, ketika pasangan suami istri terlihat kompak, harmonis, sering mengobrol, membuat anak-anak akan nyaman dan melakukan imitasi tanpa disadari.
Kelak, ketika anak-anak sudah dewasa dan berumah tangga, mereka akan menjadikan rumah tangga orang tua mereka sebagai model. Maka berikan teladan yang baik. Jangan menjadi keluarga robot, jangan menjadi keluarga mesin. Jadilah keluarga manusia, yang memiliki berbagai potensi yang sangat istimewa. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi September 2019>