Hadila.co.id – Bahasa (komunikasi) seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berkomunikasi, semakin jelas pula jalan pikirannya. Komunikasi yang baik di kelas pada proses pembelajaran, akan sangat membantu anak didik atau siswa dalam membangun pengetahuan yang diberikan oleh guru.
Namun kenyataannya banyak siswa yang kurang mampu dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan, apalagi mengembangkannya. Mereka cenderung pendiam, meski nilai kognitifnya tinggi. Gagasan dari materi yang diberikan guru dapat mereka terima, namun banyak yang kesulitan untuk kemudian menjelaskannya kembali secara lisan.
Tanamkan 3 Nilai Islami Ini agar Anak Tidak Mudah Iri dengan Orang Lain
Jika guru memberikan kesempatan untuk bertanya, menanggapi, atau mengajukan ide, hanya sebagian kecil yang mau. Begitupun saat guru balik bertanya, siswa cenderung diam dan pasif. Padahal pada situasi rileks, misal waktu istirahat, para siswa terbiasa/ mampu ngobrol, bercerita, bergurau, menyampaikan ide, menanggapi suatu hal dengan teman tanpa malu atau takut salah bicara.
Tak jarang guru dibuat bingung menghadapi situasi seperti itu. Akhirnya, agar pembelajaran tetap berjalan lancar dan target materi terpenuhi, guru menggunakan jalan pintas asal siswa bisa memahami materi, yaitu dengan metode ceramah. Alhasil kemampuan berkomunikasi siswa semakin terhambat.
Langkah Tepat Menangani Gatal pada Anak Menurut Dokter Spesialis Anak
Salah satu cara yang dapat digunakan agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar tanpa mengurangi kualitas materi yang kita berikan di kelas, yaitu dengan teknik everyone for teacher. Semua siswa dapat menyampaikan gagasan seperti layaknya guru ketika mengajar tanpa ragu, malu dan takut salah. Teknik ini dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok. Manfaatnya, selain memunculkan keberanian dan PeDe siswa, siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar, juga meningkatkan interaksi belajar antara siswa-siswa dan siswa-guru.
Langkah konkretnya sebagai berikut. Bagikan kartu indeks kepada siswa. Minta siswa menulis pertanyaan ringkas yang paling akhir dipelajari, yang esensinya relevan (tulisan dapat di baca siswa lain). Kumpulkan kartu indeks yang telah di isi dengan pertanyaan. Secara acak dibagikan kembali kepada siswa, dimana tidak ada satupun yang menerima soal yang dibuatnya sendiri. Siswa diminta membaca dan memikirkan jawaban dari pertanyaan dalam kartu indek. Siswa diminta membaca dan menjawab dengan keras, peserta lain diminta untuk menanggapi. Terakhir, siswa yang membuat soal diminta memberi penguatan jawaban. Guru disini fungsinya fasilitator dan motivator. <Esti Suryani – Guru dan Dosen di Solo>