Hadila.co.id — Bertanya dengan lirih pada diri. Rindu apa yang menggerakkanmu menjalani hari? Ayah, apakah rindu menatap wajah tercinta di rumah tersenyum menyambutmu pulang?
Ibu, rindu akan lengan kokoh tempat menyandarkan sebagian beban dan pelita hati yang menyejukkan pandang? Anak, rumah nyaman, makanan enak, orang tua perhatian?
Pekerja, kenaikan pangkat dan tambah besarnya gaji? Pedagang, omzet berlipat dan capaian bisnis menggurita di dunia? Rindu-rindu inikah yang menggetarkan hatimu?
RinduNya, kata kita, saat dibukakan tabir itu. Rindu Baginda Saw, ungkap kita, saat dipertemukan dengannya yang selalu kita sebut namanya dalam tasyahud kita.
Adakah rindu itu menjadi bara yang menggerakkan kaki melangkah, meniti detik-detik hidup yang telah ditetapkan ini? Apakah rindu yang itu? Jika iya. Jika benar.
Sejatinya, satu hari kau lalui dalam kebaikan, sesungguhnya lebih dekat sehari dengan pertemuan dengannya. Dan denganNya. Semakin dekat pada pertemuan paling indah itu. Semestinya.
Dan sungguh, syukur pagi hari itu adalah syukur masih diberikan waktu menjelang bertemu. Sehingga masih mungkin mematut-matut akhlak, jiwa, dan ibadah. Hingga bila tiba masanya, rindu ini akan terpuaskan. Dahaga akan perjumpaan akan tersiram hilang. Mematut laku akhlak, bisik jiwa dan amal ibadah.
BACA JUGA: Istikamah Beribadah, Selamat dari Kejahatan
Teringat dengan seraut wajah. Aan, namanya. Ibu tiga anak yang menetap di Gravesend, Kent, Inggris. Kanker yang mendatangi kedua kalinya sudah sampai ke tulang.
Seorang teman berbisik besar kemungkinan hampir ke otak. Jumat waktu itu, menemuinya masih tersenyum. Lafal ‘alhamdulillah’ tidak pernah meninggalkan bibirnya. Sepanjang masih bisa ibadah. Apalagi yang hendak dicari, katanya.
“Alhamdulillah masih bisa salat. Kalau pingsan, kan tidak bisa zikir,” lirih dia berbisik
Ibu muda ini guru Al-Qur’an, yang saat kakinya tak bisa membawa badannya ke luar rumah untuk mengajar Al-Qur’an, mencari calon murid yang bisa datang ke rumah.
Walau sudah berkursi roda dan sebagian waktunya menahan sakit yang sangat.
Bersyukur masih bisa ibadah. Apalagi yang perlu dikejar selain membanyakkan bekal. Hingga jika bertemu nanti, Allah berikan pertemuan terindah denganNya.<>
Oleh:
Maimon Herawati
Dosen Universitas Padjajaran Bandung
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *