Proposal ta’aruf sudah diberikan kepada orang yang dipercaya sejak beberapa bulan lalu. Doa-doa penuh harap pun senantiasa dilantunkan hampir setiap kali berdoa. Sajak-sajak pengharapan seolah mengisi setiap relung hatinya. Dia berharap segera dipertemukan dengan seseorang yang ditakdirkan menjadi pendamping hidupnya. Seorang pria yang akan menjadi imam dalam hidupnya. Seorang pria yang siap menerima dia dan keluarganya apa adanya, lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Dia rindu menanti jodoh.
Tak hanya itu, dia pun sudah memberitahu keluarga besar jika dia tidak akan pacaran. Perempuan berparas ayu itu mantap menjemput jodoh dengan cara terbaik. Mengapa? Karena dia percaya cara menjemput jodoh akan menentukan berkah atau tidaknya pertemuan dua jiwa dalam satu ikatan suci itu. Dia berikan pengertian kepada keluarga bahwa meski dia tidak pacaran, insya Allah akan tiba masanya jodohnya akan datang untuk melamar dan menjabat tangan ayahnya, untuk mengucapkan janji suci yang mengguncang langit dan bumi. Perjanjian suci yang membuat dua orang yang awalnya bukan siapa-siapa, menjadi sepasang suami istri.
Proposal ta’aruf itu menjadi salah satu caranya untuk menjemput jodoh. Sebuah biodata lengkap yang menggambarkan siapa dirinya, apa visi misinya berumah tangga, dan bagaimana kriteria pendamping hidup yang diidamkan, tertulis lengkap dalam proposal itu. Tak ketinggalan, sebuah foto dirinya pun dia lampirkan dalam proposal tersebut. Hal itu adalah salah satu ikhtiar ketika dirinya rindu menanti jodoh.
Meski sudah bilangan bulan proposal itu dia serahkan, hingga kini perempuan itu belum jua menikah ataupun dipertemukan dengan seseorang yang mungkin akan ditakdirkan menjadi jodohnya. Namun keyakinan akan datangnya hari istimewa itu, terpatri kuat dalam sanubarinya.
Itulah sepenggal kisah seorang perempuan asal Soloraya, sebut saja Bunga, yang kini sedang menunggu jodohnya. Hari-harinya kini ibarat ketukan-ketukan tadabur rindu untuk bertemu kekasih sejati. Rindu untuk segera menikah dan menyempurnakan ibadahnya. Namun dia sadar, segalanya telah tertulis dalam lauhul mahfudz. Dengan penuh kesabaran Bunga menunggu saat-saat bahagia itu. Rindu menanti jodoh adalah episode kehidupan yang harus dilakoni.
Apa yang dia lakukan dalam masa penantian itu? Bunga mengungkapkan dia berusaha memanfaatkan waktu untuk terus memperbaiki diri dan semakin mendekat kepada-Nya. Kualitas dan kuantitas ibadahnya semakin meningkat karena Bunga berharap dia bertemu jodohnya pada saat terbaik. “Saya banyak baca dan ikut kegiatan seminar pranikah juga untuk memperbanyak bekal berumah tangga,” jelasnya.
Cinta adalah fitrah setiap insan. Hampir semua orang pernah merasakan jatuh cinta kepada lawan jenis. Setiap insan juga butuh orang lain untuk mencurahkan cinta. Namun ada kalanya, rencana manusia tak seiring suratan takdir dari-Nya. Meski niat menikah sudah terpatri di hati dan seseorang merasa sudah siap untuk hidup berumah tangga, ketika takdir menikah belum berlaku, maka menikah baru sebatas keinginan.
Saat usia sudah cukup matang untuk mengarungi bahtera rumah tangga, tetapi Allah belum mempertemukan dengan jodoh terbaik, biasanya akan memicu berbagi tekanan dalam diri seseorang. Menghadapi hal tersebut, seseorang harus benar-benar paham terkait konsep jodoh. Menurut seorang konsultan keluarga asal Sukoharjo, Ari Aji Astuti, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam rangka menanti jodoh agar tetap produktif, agar masa-masa rindu menanti jodoh tetap produktif.
Pertama, yakin bahwa Allah sudah menentukan siapa jodoh kita. Sehingga apa pun kata orang, tidak terlalu diambil hati, karena ketentuan jodoh adalah ‘manusia berupaya, dan Allah yang menentukan’. Selanjutnya, ketika kita ingin mendapatkan jodoh sesuai yang kita inginkan, maka kita harus perupaya menjadi seperti kriteria yang kita inginkan pula. Allah berfirman dalam Alquran Surah An-Nuur ayat 26, “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)…”
Selanjutnya, bagi seorang perempuan, Ari menjelaskan salah satu kriteria jodoh yang baik adalah laki-laki seperti Nabi Musa. Menurutnya, secara jasmani Musa memiliki kondisi fisik yang sehat dan kuat, sehingga bisa bekerja dengan baik. Dia bisa membimbing istrinya dengan baik. Selain itu, laki-laki itu juga harus bertanggung jawab. Dia bersedia menanggung apa saja yang menjadi tanggung jawabnya dalam sebuah keluarga. “Dan tanggung jawab utama seorang laki-laki adalah menafkahi. Jadi, apa pun pekerjaannya, dia harus berusaha menafkahi keluarga, walaupun hanya secara sederhana,” ungkapnya.
Sementara itu, jika jodoh tak kunjung datang, sementara usia sudah matang, maka seseorang—baik laki-laki maupun perempuan, harus senantiasa bersabar. Mereka harus yakin bahwa Allah sudah menentukan siapa jodoh kita, entah kapan bertemunya. “Tanamkan dalam hati bahwa Allah sudah punya rencana terbaik,” tutur Ari untuk mereka yang rindu menanti jodoh.
Tidak cukup bersabar, sebagai salah satu upaya, seseorang harus ‘mengejar’ jodohnya. Namun demikian, langkah yang harus ditempuh pun mesti benar. Sebagai referensi, Ari memberikan saran agar seseorang tidak hanya memanfaatkan media sosial dalam upaya menemukan jodoh. “Sebaiknya cari orang yang dapat dipercaya, alim, paham dengan konsep pernikahan, mengerti tata cara dalam mencari jodoh, dan memintanya untuk membantu mencarikan jodoh,” ungkapnya.
Selanjutnya, jika seseorang sudah berusaha, tetapi sering kali ditolak oleh lawan jenis, ada satu hal yang harus dilakukan, yakni bermuhasabah (koreksi diri). Pikirkan, diingat-ingat kembali kira-kira kelemahan atau keburukan apa yang pernah dilakukan. Dari hal tersebut seseorang berusaha untuk memperbaiki diri, beristigfar kepada Allah. “Bisa jadi, ketika banyak ditolak, memang karena kita pernah melakukan suatu keburukan. Sehingga dengan cara itu Allah menjadikan kita sadar. Lalu, serahkan semua kepada Allah. Biasanya ketika kita sampai pada tingkat kepasrahan yang tinggi, di situlah datang petunjuk,” imbuhnya.
Terkait posisi perempuan dalam rangka menanti jodoh, Ari mengungkapkan bahwa perempuan pun memiliki hak untuk memilih, tidak hanya pasif. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa suatu hari Zainab dilamar Rasulullah untuk Zaid bin Haritsah. Awalnya, Zainab mengira bahwa dirinya dilamar untuk Rasulullah sendiri. Sehingga dengan berat hati Zainab sempat menikah dengan Zaid, tetapi karena tak memiliki kecocokan, Zainab merasa tidak ingin, akhirnya mereka bercerai. “Ini satu petunjuk bahwa perempuan pun boleh memilih. Tidak hanya pasif,” tegas Ari.
Senada dengan hal tersebut, ada sebuah kisah tentang seorang ayah yang mendapat pesan dari Rasulullah, “Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” [H.R. Tirmidzi]. Namun dalam hal ini, orangtua harus tetap meminta persetujuan dari anaknya. Ketika anak itu setuju, maka baru bisa dinikahkan.
Pengasuh Rumah Tahfidz An Nashr, Ustazah Diana Arum, mengungkapkan agar seseorang tetap istiqomah beribadah saat jodoh belum datang, caranya dengan menguatkan iman. Salah satu caranya adalah terus ikut kajian untuk memperdalam agama dan mendekat kepada Allah. Menurutnya, kehidupan berumah tangga pasti akan menemui banyak masalah. Sehingga ketika seseorang rindu menanti jodoh, dia tetap harus istikamah dalam kebaikan.“Jadi kita nggak hanya bisa mengandalkan cinta, karena tegaknya rumah tangga itu dengan perantaranya rasul dan Allah. Jadi ketika ada masalah, kembalikan pada ilmu pernikahan supaya sakinah mawaddah wa rahmah,” jelasnya.
Kisah Cinta Teladan
Jika merunut sejarah, salah satu kisah cinta teladan yang melegenda adalah kisah cinta Ali bin Talib dengan Fatimah binti Muhammad Saw. Mereka saling jatuh cinta sejak kecil. Namun rasa cinta itu dibawa kepada Allah Swt. Mereka menjaga rapat-rapat rasa cinta itu sehingga hanya diketahui dirinya dan Allah Swt. Hingga akhirnya Allah mempertemukan Fatimah dengan Ali dalam ikatan pernikahan. Jadi jangan pernah khawatir karena jodoh tidak akan tertukar.
Ketika ingin mengetahui, calon pendamping taat beragama atau tidak, Ustazah Diana Arum memberikan tips untuk laki-laki, carilah perempuan yang paling taat dengan orangtuanya. Insya Allah dia taat kepada suaminya. Untuk perempuan, carilah pria yang berhubungan baik dengan ibunya. Jika hubungan dengan ibunya baik, berarti dia tahu cara memperlakukan wanita.
Kriteria Jodoh
Pimpinan Yayasan Daarut Tahfidz, Ustaz Akbar Nazary Muhammad menjelaskan jodoh itu ada empat kriteria. Yang pertama itu cantik, kedua kaya, yang ketiga punya nasab yang bagus, dan keempat adalah agamanya. Kata Rasul, pilihlah dari agamanya.
“Rasul bilang, sebaik-baik perempuan adalah yang paling mudah maharnya. Kalau sebaik-baik laki-laki itu yang paling besar maharnya untuk perempuan. Maharnya bebas. Dulu zaman Rasululah, ada mahar yang enggak pernah bisa diganti sampai detik ini, yaitu maharnya seorang janda bernama Ummu Sulaim yang menikah dengan Abu Talhah. Maharnya adalah syahadat Abu Talhah.
Ketika jodoh belum datang, terangnya, seseorang harus punya niat dan berdoa kepada Allah agar dimudahkan. Setelah itu, dalam Alquran Surah Muhammad ayat 7, Allah berfirman, “Hai orang yang beriman, tolonglah agama Allah. Niscaya Allah akan menolongmu.”
“Berarti kita diminta dakwah (menolong agama Allah). Kalau kita menolong agama Allah, Allah nggak akan menelantarkan kita. Jodoh dan rezeki, Allah kasih. Fadzkuruni adzkurkum, wasykuruli wala takfurun. Kalau kamu ingat Aku, maka Aku akan ingat kamu. Kunci nikah itu melayakkan diri di hadapan Allah, di hadapan Rasul, dan orangtua,” jelasnya. <Eni Widiastuti/Ibnu Majah/Fitria Julestri/ Dimuat di Majalah Hadila Edisi Februari 2018>