HADILA, SUKOHARJO — Begitu banyak orang yang prihatin, sedih, dan bahkan kecewa ketika Rumah Sakit Yayasan Rumah Sakit Islam Surakarta (RS Yarsis) di Pabelan, Kartasura, Sukoharjo yang begitu megah, 2017 silam mendadak dihentikan operasionalnya. Penghentian itu tak lain dan tak bukan akibat konflik internal berkepanjangan yang terjadi di yayasan itu.
Salah seorang yang senantiasa bersedih akibat tidak beroperasinya RS Yarsis adalah mubalig terkemuka KH Dr Muhammad Amir SH. Tokoh muslim yang termasuk jajaran pendiri Pondok Pesantren Ngruki, dosen UGM dan IAIN Yogyakarta ini memaksa dirawat di RS Yarsis begitu mendengar akan dibuka kembali, Senin (11/3/2019).
“Alhamdulillah Bapak hari ini ingin dirawat di Yarsis barang sehari untuk mengobati kerinduan, bisa terkabul,” cerita Indrawan Yepe, salah seorang menantu KH Muh Amir SH, kepada Hadila.
Sebetulnya, kata Indrawan, pihak RS Yarsis belum siap menerima pasien rawat inap. Namun karena bapak mertuanya ingin sekali dirawat di RS Yarsis sebagai bagian perjuangannya membesarkan rumah sakit itu, akhirnya pengelola menyiapkan secara khusus satu kamar untuk KH Amir SH. “Jadi Bapak menjadi pasien pertama di RS Yarsis setelah dua tahun tak beroperasi,” katanya.
Ketua Dewan Pengawas RS Yarsis, Muhamad As’ad membenarkan pihaknya telah menyediakan salah satu kamar utama di RS Yarsis khusus untuk KH Amir SH.”Beliau memang ingin beristirahat disini,” katanya.
Indrawan Yepe bercerita, ayah mertuanya beberapa hari lalu terganggu kesehatannya gara-gara salah makan. Besoknya, KH Amir SH tetap menjalankan puasa tanpa sahur sehingga pada siang harinya drop dan menggigil. “Lalu beliau minta dibawa ke Yarsis,” tutur Indrawan.
“Aku pengin istirahat ke sana,” begitu kata KH Amir seperti ditirukan putri bungsunya, Aruny.
Namun menurut Indrawan, Aruny mengatakan bahwa RS Yarsis belum siap, sehingga Muh Amir SH akhirnya dibawa ke RS Indriyati Solo Baru. “Tapi sampai disana, bapak malah bertanya ‘apa ini Yarsis?’ Maka dijawab Aruny ‘bukan pak… Mboten nopo nopo nggih engkang penting bapak istirahat,” begitu kisah Indrawan.
Begitu mendengar RS Yarsis dibuka kembali, KH Amir minta dipindah dari RS Indriyati ke RS Yarsis meskipun harus membayar sendiri karena selama di RS Indriyati menggunakan fasilitas BPJS. “Pokoknya beliau meminta harus disiapkan kamar di Yarsis dan akhirnya kemaren sore beliau dipindah di Yarsis dan bahagia sekali beliau…”
Menurut Indrawan, ayah mertuanya adalah salah seorang perintis dan bahkan yang ikut memperjuangkan donasi agar RS Yarsis tumbuh berkembang. “Beliau sempat memecat seorang direktur karena dianggap menggeroti Yarsis dan aibnya direktur itu pun beliau simpan. Lha kok orang yang dipecat itu malah melakukan kudeta dan menggasak aset yarsis,” papar Indrawan.
Seperti diketahui Yarsis sempat dibelit perselisihan internal. Bahkan salah satu pihak kemudian mengubah Yayasan Rumah Sakit Islam Surakarta (Yarsis) menjadi Yayasan Wakaf Rumah Sakit Islam Surakarta (YWRSIS). Sengketa atas hak kelola RS yang berkedudukan di Jalan Ahmad Yani Kartasura, Sukoharjo tersebut pun berkepanjangan.
Sampai akhirnya setelah Yarsis memenangkan banding tingkat Mahkamah Agung atas putusan PA Sukoharjo yang sempat memenangkan gugatan perdata YWRSIS, mulai Senin kemarin Yarsis membuka kembali operasional rumah sakit meski baru melayani rawat jalan di Instalasi Gawat Darurat (IGD), kecuali untuk KH Muhammad Amir SH. (***)