Solo – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Surakarta mengundang 45 perwakilan media di Kota Solo untuk mengikuti Sosialisasi Media Sensitif Gender Kota Surakarta Tahun 2022 di Hotel Grand HAP Solo, Senin (31/10).
Kepala Bidang Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan DP3AP2KB Kota Surakarta, Selfi Rawung,S.KM. menjelaskan media harus ikut berpartisipasi dalam pengarusutamaan gender. “Ke depan media harus punya strategi dan inovasi terkait pengarusuatamaan gender,” ujarnya saat memberikan sambutan.
Ia menjelaskan kegiatan sosilisasi terselenggara atas kerja sama DP3AP2KB dengan radio Solopos FM. Kegiatan ini sebenarnya sudah diiniasi sebelum terjadinya pandemi Covid-19
Pembicara pertama, Kepala Bidang Penyelenggara E-Goverment, Diskominfo SP Kota Surakarta Isnan Wihartanto, menjelaskan diseminasi informasi di Kota Solo menggunakan berbagai media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Harapannya kemudian masyarakat mampu memanfaatkan informasi tersebut. Ada 6 media yang digunakan dalam mendesiminasikan informasi ke masyarakat. Yaitu melalui media cetak, media luar ruang, media elektronik, media tradisional, media internet, media siaran keliling.
“Khusus di tabloid Solo Berseri yang dicetak secara rutin dan disebarluaskan ke masyarakat, ada satu halaman khusus perempuan yang mengeksplorasi perempuan dari sisi prestasinya. Misalnya terkait sosok Putri Solo, penyandang disabilitas perempuan dan lainnya.” Jelasnya.
Mengapa media tradisional tetap digunakan untuk menyebarkan informasi, jelasnya, karena selama ini ada sebagian kelompok masyarakat yang tidak tersentuh dengan informasi digital. Sehingga Pemkot Solo tetap berpandangan diperlukannya media tradisional untuk penyebaran informasi. “Kami juga masih menggunakan mobil siaran keliling untuk menginformasikan ke masyarakat,” jelasnya.
Station Manager Solopos FM, Intan Nurlaili, mengungkapkan terkait pemberitaan sensitif gender, menurutnya sebenarnya saat ini pemberitaan tentang perempuan sudah memadai. Namun belum.sepenuhnya mengusung semangat pengarusutamaan gender. Terkadang juga masih ditemukan media yang mengabaikan kode etik dalam memberitakan kekerasan seksual pada perempuan. “Media semestinya memberikan porsi lebih dalam.memberitakan kesuksesan sosok perempuan dari berbagai segi kehidupan dan profesi,” jelasnya.
Menurutnya peran media dalam pemberitaan perspektif gender bisa dilakukan jika didukung tiga kondisi. Pertama, membangun dan mengembangkan kesadaran bersama tentang gender. Kedua, adanya kebijakan redaksi yang berkeadilan gender. Misalnya memberikan ruang kepada jurnalis perempuan yang kompeten untuk menduduki jabatan strategis di media, sehingga media tersebut lebih banyak memunculkan berita yang mengutamakan pengarusutamaan gender. Ketiga, pengembangan profesionalisme sensitif gender. <>
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *