Laporan langsung jurnalis Hadila.co.id, Hafidz Muftisany, dari Taipei, Taiwan
Taipei — Taiwan mulai serius membangun wisata halal di negaranya. Keinginan untuk lebih banyak mendatangkan turis Muslim ke negeri Formosa ini dilakukan dengan serius. Salah satunya dengan menerapkan sertifikat halal bagi restoran, hotel, dan pemandu wisata.
Saat Hadila.co.id mengikuti ‘2019 Taiwan Muslim Youth Exchange Program‘, hotel tempat menginap memisahkan alat-alat makan untuk teman-teman Muslim dan untuk pengunjung lainnya. Bukan hanya pemisahan alat makan mulai dari piring, sendok, garpu, dan gelas, tetapi juga dapur yang berbeda dengan restoran di hotel untuk pengunjung umum.
Saat ada peserta Muslim yang mengambil alat makan lain, dengan sigap petugas hotel langsung mengingatkan dan menggantinya dengan alat makan yang khusus dipersiapkan untuk sajian halal.
Pemisahan alat makan dan juga dapur ini adalah salah satu jenis layanan bagi hotel yang mendapat sertifikat ramah halal.
Halal Specialist dari Chinese Muslim Association (CMA) Taiwan, Tsai Chieh Fu mengatakan, memang tidak semua restoran harus mendapatkan sertifikat halal. Namun, mereka bisa mendapat sertifikat ramah halal dengan tetap melayani pengunjung Muslim dan pengunjung lainnya.
Pria yang memiliki nama Majid setelah mualaf ini menyebut CMA memiliki empat sertifikat untuk wisata halal di Taiwan meliputi restoran Muslim, restoran ramah Muslim, tempat wisata ramah Muslim dan pemandu wisata.
Majid lantas menjelaskan, untuk restoran Muslim semua hal mulai dari koki, bahan, alat masak dan tempat makan dipastikan 100 persen halal. Biasanya restoran yang dimiliki oleh Muslim memiliki sertifikat ini. Salah satunya restoran-restoran masakan Indonesia yang memang dimiliki warga negara Indonesia di Taiwan.
Kedua, ujar dia, adalah restoran ramah Muslim. Seperti restoran hotel tempat Hadila.co.id dan delegasi menginap, restoran tetap menyajikan masakan untuk Muslim dan masakan lain bagi pengunjung non-muslim.
“Syaratnya tetap memisahkan dapur dan alat makan. Kami akui kami kekurangan koki Muslim jadi beberapa restoran kokinya sama, tetapi dipisahkan masak dan penyajiannya,” papar dia.
Sementara, tempat wisata ramah Muslim salah satunya hotel. Beberapa hotel di Taiwan menyediakan informasi arah kiblat, menyediakan sajadah dan juga Alquran di kamarnya. “Guna mengimplementasikan wisata halal ini kami juga memberikan sertifikasi bagi pemandu wisata ramah Muslim,” ungkap Majid yang mengikrarkan kalimat syahadat saat kuliah di Arab Saudi.
Yang menarik, CMA menerapkan aturan sertifikasi halal secara ketat. Meski Muslim di Taiwan tak sampai 1 persen, tetapi CMA menerapkan standar tinggi bagi restoran atau hotel yang ingin mengajukan sertifikasi halal atau ramah Muslim.
“Jika ketahuan melanggar regulasi halal akan langsung kami cabut sertifikatnya dan tidak bisa mengajukan lagi selamanya karena sudah mengingkari kepercayaan kami. Sebab persoalan halal bukan hanya terkait agama tetapi juga tayyib yakni makanan yang dikonsumsi harus sehat dan baik secara bahan,” ungkap Majid. <>