Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan berumah tangga, untuk merajut cinta dan kasih sayang bersama semua anggota keluarga. Terkait hal ini semestinya suami-istri bisa bebas menyampaikan atau mengungkapkan perasaan, kisah diri, curahan hati, pendapat, keinginan, harapan dan nasihat kepada pasangannya, tanpa rasa takut atau khawatir.
Perasaan tidak nyaman, takut, dan khawatir lebih pada reaksi yang akan diterima dari pasangan; tidak seperti yang diharapkan. Seorang istri takut menyampaikan hakikat yang sesungguhnya tentang keinginan, harapan, atau masukan kepada suami lantaran takut respons suami akan mengecewakannya. Jangan-jangan suami akan menganggap remeh urusannya, marah, menganggapnya berlebihan, bersikap cuek, dan lain-lain. Kekhawatiran seperti ini menyebabkan istri enggan berbicara kepada suami.
Demikian pula pada seorang suami. Ketika ingin menyampaikan sesuatu kepada istri, dia khawatir jangan-jangan istrinya akan menangis berlebihan untuk suatu hal yang tidak begitu penting, istri akan mengomelinya, istri salah paham, atau istri justru menuduh dirinya. Perasaan seperti ini menyebabkan suami memilih diam, tidak berkonunikasi kepada istri. Tidak ada pembicaraan, obrolan, komunikasi yang menyenangkan dan melegakan. Jika suasana seperti ini terus terjadi, akan membuat ketegangan hubungan dalam rumah tangga. Suasana menjadi kaku, kering dan tidak menyenangkan. Pada titik tertentu, siap meledak menjadi persoalan besar.
Berikut beberapa tips mengurangi ketidaknyamanan komunikasi.
Satu, tidak bersembunyi dalam ketakutan. Perasaan khawatir mendapat respons negatif dari pasangan biasanya terjadi karena pernah ada pengalaman dan kejadian sebelumnya dimana suami/istri pernah dikecewakan karena respons pasangan yang sangat negatif saat dia berkomunikasi. Karena itu dia menarik diri dari ruang komunikasi. Trauma seperti ini tidak boleh membuat kita menutup diri dan tidak mau berkomunikasi. Karena tanpa komunikasi, kehidupan keluargaakan “retak”. Semakin kita bersembunyi dalam ketakutan, semakin sulit untuk menciptakan keharmonisan dan kenyamanan komunikasi dengan pasangan. Hadapi saja kesulitannya, kita justru akan semakin mengerti cara terbaik untuk berbicara dengan pasangan.
Dua, temukan momen tepat untuk berkomunikasi dengan pasangan, dengan mengenali mood pasangan. Saat mood pasangan sedang bagus, semua hal cenderung bisa diterima secara positif. Kapan pasangan memiliki mood yang bagus, bisa kita ketahui dari bahasa tubuh dan suasana yang melingkupinya. Maka kenali dengan baik tanda-tanda pada pasangan kita; kapan dan bagaimana cirinya saat tengah memiliki mood yang bagus. Saat itulah Anda akan nyaman berkomunikasi dengannya secara leluasa.
Tiga, memberi tahu pasangan tentang reaksi yang diharapkan. Buatlah kesepakatan, tentang reaksi yang kita harapkan dari pasangan, dan reaksi yang diharapkan pasangan dari kita. Misalnya, sejak awal berkomunikasi kita langsung menyampaikan kepada pasangan bahwa ketika curhat, kita ingin didengarkan dulu, bukannya langsung dikomentari. Bagaimana pun, antara laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan cara berkomunikasi yang berbeda.
Empat, komitmen tentang respons pasangan hendaknya disampaikan sejak di awal pembicaraan. Keduanya bisa menyampaikan harapan sejak di awal pembicaraan agar dimengerti oleh pasangan. Misalnya dengan mengatakan: “Aku ingin menyampaikan sesuatu, tetapi tolong engkau jangan tersinggung…” Dengan begitu pasangan akan lebih mengerti tentang harapan kita dan tidak merespons/ bereaksi secara negatif atau berlebihan terhadap cerita kita.
Lima, membuka diri untuk mendapat masukan dari pasangan. Kendati kita telah menyampaikan harapan kepada pasangan tentang respons yang kita harapkan, tetapi jangan memaksakan pendapat dan kehendak. Kita juga harus menerima masukan dari pasangan. Kita memiliki hak untuk menyampaikan keinginan tentang respons yang kita harapkan dari pasangan, sebaliknya pasangan memiliki hak pula untuk memberikan masukan kepada kita. Cukup adil, sehingga keduanya tidak saling menekan dan memaksa.
Enam, selalu menyediakan maaf untuk pasangan. Kita sudah memilih momen yang tepat, sudah memberi tahu pasangan tentang respons yang kita harapkan, kita juga sudah menyampaikan hal itu di awal pembicaraan, pun sudah berhati-hati dalam berkomunikasi,, tetapi tetap saja bisa menimbulkan respons yang tidak kita inginkan. Untuk itu kita tetap perlu menyediakan ruang maaf kepada pasangan untuk hal-hal yang membuat tidak nyaman berkomunikasi. Dengan cara ini, kita tidak akan menarik diri, tetap berkomunikasi dengan pasangan.
Tujuh, karena kehidupan rumah tangga sungguh sangat dinamis, berubah setiap waktu, maka jangan enggan untuk selalu mencoba cara, teknik, dan tips baru untuk mendapatkan kenyamanan berbicara dengan pasangan. Jika ada seribu satu cara berkomunikasi yang menyenangkan, kita bisa mencobanya satu per satu. Kita tidak tahu, dengan tips yang mana pasangan akan nyaman berkomunikasi dengan kita.
[Penulis: Cahyadi Takariawan, Trainer dan Konselor di Jogja Family Center. Dimuat di Majalah Hadila Edisi Juli 2016]