Hadila.co.id – Tanggung jawab pemimpin itu sangat berat. Rasulullah Saw pernah bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya.”
Para sahabat dan generasi salafus saleh, di saat mendapat amanah sebagai seorang pemimpin, maka kata pertama yang meluncur dari mulut manusia-manusia mulia itu adalah, “Innalillahi wa innailaihi rajiun.”
Mereka sadar amanah itu sangatlah berat, bahkan bisa menggelincirkan ke dalam api neraka. Jangankan pesta pora, mereka justru menerima amanah dengan linangan air mata. Meski memiliki kemampuan, mereka senantiasa khawatir jika tak mampu menunaikan amanah dengan baik.
Kesadaran akan tanggung jawab pemimpin itulah yang kemudian membuat para pemimpin itu bekerja dengan penuh dedikasi dan integritas, didasari oleh jiwa ikhlas yang tinggi. Mereka sadar bahwa kelak akan dimintai pertanggungjawaban, baik di dunia maupun di akhirat.
Dengan karakter kepemimpinan itulah mereka mampu membawa masyarakat menuju kepada cahaya dan kemakmuran. Jauh dari keinginan memperkaya diri dan keluarganya, serta melanggengkan kekuasaannya dengan menggunakan segala cara.
Mereka begitu mencintai rakyatnya. Sebaliknya, rakyat juga begitu mengasihi para pemimpinnya. Maka yang ada adalah keberkahan yang di turunkan oleh Allah dari langit.
Karena itu adalah janji-Nya, apabila penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, maka akan diturunkan keberkahan yang banyak dari langit dan bumi.
Bagaimana seorang pemimpin dapat begitu dicintai rakyatnya? Karena mereka sangat dekat dan mengetahui betul penderitaan rakyatnya. Mereka juga memahami dan senantiasa berusaha mewujudkan segala hal yang menjadi tanggung jawab pemimpin.
Sifat seperti itulah yang mendorong khalifah Umar bin Khattab memanggul gandum dengan punggungnya sendiri untuk diberikan kepada rakyatnya yang kekurangan. Juga Umar bin Abdul Aziz, yang rela hidup sederhana dan membatasi segala fasilitas dari negara.
Sifat-sifat pemimpin yang mulia seperti itu kian hari kian hilang. Saat memegang amanah kepemimpinan, banyak yang justru memanfaatkan untuk memperkaya diri, bahkan berani mengkhianati amanah rakyat. Gaya hidup sederhana yang ditampilkan tidak lebih hanya sebagai ‘lipstik’ belaka.
Rakyat rindu hadirnya pemimpin yang berdediksasi tinggi, memiliki integritas karena memiliki ketakutan akan mengkhianati mandat rakyat.
Pemimpin yang bisa memberikan pencerahan dan inspirasi bukan yang pandai berdusta demi mendapat simpati. Pemimpin yang paham dan selalu melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai pemimpin.
Dan ketika itu ada, maka pintu-pintu keberkahan dari langit. Sehingga persoalan demi persoalan yang melilit bangsa ini perlahan-lahan namun pasti bisa terselesaikan.<Bilhaq Roby Muhammad/Hadila Edisi Januari 2015>