Hadila.co.id – Mendengar kata liburan, fitrahnya, semua orang pasti gembira. Liburan adalah jeda guna mengistirahatkan otak, membuatnya ‘segar’ kembali. Merehatkan fisik, menjadikannya ‘bugar’ kembali. Merekatkan hubungan keluarga, menjadikannya ‘hangat’ kembali. Menghidupkan jiwa (ruhani) agar senantiasa ‘hidup’ dan bersemangat kembali.
Islam adalah agama fitrah yang memperhatikan keseimbangan dalam hidup; antara serius dan rehat, bekerja dan berlibur, beribadah dan rahah (bergembira, refreshing). Dua kondisi berbeda, tetapi bisa bernilai ibadah dan manfaat, tergantung niat dan bentuknya.
Rasulullah Saw bersabda tentang sikap seimbang: “Sesungguhnya agama ini mudah. Tiada orang yang memberatkan diri dalam urusan agama, kecuali ia akan dikalahkan. Maka mudahkanlah, mendekatlah, bergembiralah, dan gunakan sebaik mungkin waktu pagi, waktu sore dan sebagian waktu malam kalian -untuk memperbanyak kebaikan-.” [H.R. Bukhari]
Terapi Jiwa Liburan adalah terapi, memiliki banyak kemanfaatan bagi fisik dan psikis, jika dilakukan dengan benar. Tak salah jika sahabat Rasulullah Saw, Abu Darda’ ra, yang terkenal dengan kekhusyukan ibadahnya berkata:“Sungguh, saya merefresh jiwa saya dengan melakukan sebagian sendau-gurau atau permainan yang dibolehkan, agar saya kembali giat dalam melaksanakan kebaikan.”
Liburan ibarat ‘pit stop’ dalam sirkuit kehidupan. Kalau dalam balap formula 1, pembalap perlu berhenti sejenak di pit lane untuk mengisi bahan bakar, mengecek kondisi mesin, mengganti ban. Maka agar menang dalam sirkuit kehidupan perlu berhenti sejenak dengan berlibur.
Berbagai penelitian membuktikan manfaat liburan bagi individu. Pertama, hidup lebih lama. Sebuah penelitian menemukan bahwa pria yang mengambil libur tahunan risiko kematiannya berkurang 20% dan risiko sakit jantung berkurang 30%.
Kedua, meningkatkan kesehatan mental. Sebuah studi menemukan bahwa wanita yang jarang liburan lebih mungkin mengalami depresi, stres, dan insomnia. Sedang wanita yang sering berekreasi, memiliki lingkar pinggang lebih kecil, indeks masa tubuh rendah, kualitas tidur lebih baik, dan risiko sakit jantung 8 kali lebih kecil.
Ketiga, bekerja lebih baik. Liburan meningkatkan indeks kebahagiaan dan tingkat kegembiraan yang berpengaruh pada pikiran yang segar dan performa kerja yang baik.
Keempat, liburan merupakan kesempatan mendapatkan inspirasi baru dimana menghadapi lingkungan atau situasi baru memungkinkan otak berpikir secara berbeda.
Liburan Bertema
Berlibur pada dasarnya adalah mengalihkan waktu dengan kegiatan rehat, terbebas dari rutinitas harian, bernilai ibadah dan bermanfaat. Bukan sekadar bersenang-senang dengan ending lelah saat liburan usai dan malas saat kembali beraktivitas. Karenanya, merancang liburan bertema sangatlah tepat.
Merancang liburan (keluarga) secara tematis, selain lebih efektif dan efisien, juga memungkinkan seluruh keluarga mendapatkan manfaat tak terbatas, dari waktu ke waktu. Karena tema liburan yang kemudian disusun dalam rangkaian aktivitas, berganti sesuai kebutuhan pada setiap masa liburan.
Tidak akan ada kegiatan yang menarik tanpa adanya perencanaan yang matang. Maka luangkan waktu bersama seluruh anggota keluarga untuk merencanakan liburan bertema ini. Dalam keluarga, keinginan dan kebutuhan anak mungkin prioritas. Namun, orangtua perlu ‘menyelipkan’ keinginan dan kebutuhannya sehingga semua anggota keluarga terwakili dan bisa menikmati liburan.
Liburan keluarga bisa menjadi program apa saja, dikreasikan sebebas mungkin, menjadi rangkaian berbagai aktivitas asyik, kreatif, menarik bahkan unik. Liburan tidak harus melulu berbentuk perjalanan (traveling) ke tempat wisata dengan biaya besar. Cakupan aktivitasnya bisa menjadi lebih luas, bervariasi, sesuai bagi semua anggota keluarga, dan ekonomis.
Orangtua harus jeli menyisipkan konsep-konsep edukasi dan manfaat dalam agenda liburan bertema. Konsep-konsep tersebut diantaranya: kegiatan yang dapat menunjang kreativitas dan imajinasi anak, menunjang perkembangan fisik dan keterampilan anak, melatih kemampuan bersosialisasi anak, menunjang kecerdasan emosi anak, menambah wawasan pengetahuan anak, menunjang kecerdasan spiritual anak, menunjang daya nalar anak, menunjang pengembangan pribadi, memupuk rasa tanggung jawab dan kemandirian anak
Liburan bertema entrepeneur, misalnya. Mengunjungi pelaku entrepreneur, berkreasi dan bersenang-senang di workshop produk, mengunjungi pasar seni (night market), wisata kuliner khas, membuat produk makanan atau minuman sederhana di rumah, menjajakannya di Car Free Day, dan lain-lain bisa menjadi rangkaiannya.
Liburan bertema fotografi, bisa menjadi alternatif. Bekali semua anggota keluarga dengan kamera. Kunjungi tempat-tempat bersejarah, dataran tinggi, pantai, kebun binatang atau tempat-tempat yang bisa menjadi objek fotografi. Tetapkan liburan sebagai ajang lomba foto. Jika perlu datangkan tentor fotografi. Upload hasil foto di akun media social seperti Facebook, Instagram dan jejaring sosial sebagai pengenalan terhadap teknologi. Kunjungi pula museum 3 dimensi. Selipkan nilai tadabur alam dalam setiap aktivitas.
Liburan bertema berkebun dan beternak, juga cukup menarik. Kunjungi wisata agro yang menawarkan rekreasi alam sekaligus sarana belajar berkebun dan beternak bagi anak seperti: menunggang kuda, mengambil telur langsung dari kandang ayam, melihat cara memerah susu, memetik buah dan sayuran. Biasanya ada paduan outboundnya. Konsep seperti ini juga bisa dilakukan di rumah, atau sembari mengunjungi kakek-nenek.
Banyak ide kreatif yang bisa dituangkan menjadi paket liburan bertema. Buatlah konsep menarik namun terjangkau, tidak harus mahal. Di rumah pun bisa asal dikemas kreatif dan menyenangkan. Pastikan semua aktivitas worthed (sebanding) dengan biaya yang dikeluarkan. Jika manfaatnya besar, maka biaya besar bukanlah mahal. Lebih baik lagi jika manfaatnya besar, tetapi ekonomis.
Orang tua sebagai rujukan harus membekali diri dengan pengetahuan yang cukup. Ini akan sangat berguna untuk menerangkan kepada anak-anak tentang sebuah tempat, suatu benda, hal, atau peristiwa yang ditemui selama perjalanan.
Memberi Makna, Membangun Kesan
Liburan adalah saat memberi makna. Makna terpenting yang harus ‘ditangkap’ adalah bahwa sebagai seorang muslim, liburan atau aktivitas apapun hendaklah diarahkan untuk ibadah kepada Allah. Liburan bertema yang bermakna bisa menjadi energi yang luar biasa bagi seluruh anggota keluarga untuk kembali ‘merasa kecil’ di hadapan Allah, mensyukuri kehidupan, mengingat kembali tujuan hidup, lalu meniti kehidupan dengan lebih bergairah.
Makna selebihnya adalah makna interaksi. Banyak orang tua belum menyadari benar bahwa dimana pun tempatnya, apapun kegiatannya, anak sangat berharap dapat berinteraksi lekat (bermain bebas, asyik, dan seru) dengan orang tuanya. Tepuk tangan, pelukan, pujian dan sedikit ‘keusilan’ mungkin diperlukan. Bukan sibuk sendiri-sendiri atau lebih banyak tidur hingga fisik, otak dan semangat menjadi low.
Liburan juga merupakan saat membangun kesan; yaitu sesuatu yang senantiasa akan diingat baik itu berupa pengetahuan yang ‘mencerahkan’ ataupun pengalaman yang terlihat nyata sebagai manfaat. Pastikan usai liburan, semua anggota keluarga mendapat kesan yang sulit terlupakan, menjadi pengalaman empirik yang memperkaya intelektual, spiritual, dan emosional. Terpupuknya kemampuan berpikir, berhubungan dengan orang lain (emosional dan linguistik), pandang ruang, dan lain-lain menjadi sebuah kesatuan sempurna yang disebut kedewasaan. < Dimuat di Majalah Hadila Edisi Mei 2014)