Terkait Kasus Audrey, JSIT: Bukti Pendidikan Karakter Masih Setengah Hati

Terkait Kasus Audrey, JSIT: Bukti Pendidikan Karakter Masih Setengah Hati
Dewan Pembina JSIT, Sukro Muhab

Hadila.co.id – Perundungan atau bullying yang terjadi pada Audrey, siswi kelas 2 SMP di Pontianak menyita perhatian khalayak ramai. Respons pun muncul dari berbagai kalangan masyarakat, mulai dari mengecam hingga membuat petisi agar para pelaku yang juga masih di bawah umur mendapat hukuman yang setimpal, beredar di tengah masyarakat.

Belakangan petisi dan juga topik #JusticeForAudrey ramai di berbagai media sosial sebagai bentuk dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap gadis 14 tahun tersebut.

Audrey mengalami intimidasi, ancaman, dan juga kekerasan fisik dari sejumlah pelaku. Akibatnya Audrey menderita luka fisik dan juga psikis.

Hal ini patut diperhatikan lantaran aksi perundungan yang terjadi di masyarakat kini tak hanya berbentuk verbal berupa ejekan atau cacian, tetapi sudah mengarah ke bentuk non-verbal berupa penganiayaan yang mengakibatkan cidera fisik.

Respons juga muncul dari Dewan Pembina Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), Sukro Muhab. Menurutnya perundungan yang terjadi belakangan ini adalah dampak dari kurang seriusnya pendidikan karakter.
“Perundungan yang terjadi bukti pendidikan karakter, moral, dan akhlak masih setengah hati,” ujar Sukro Muhab, seperti rilis yang diterima Hadila.co.id, Kamis (11/04/2019).
Ia juga mengajak tiga elemen pusat pendidikan untuk bersatu membentuk anak menjadi pribadi yang baik dan berakhlakul karimah. Tiga elemen yang dimaksud yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Untuk keluarga ia meminta agar seluruh anggota keluarga menanamkan nilai-nilai religius dan karakter yang kuat kepada anak.
“Ayo bersinergi tiga pusat pendidikan: keluarga, sekolah, dan masyarakat,” ujarny.
Keluarga, terangnya, adalah pusat pendidikan utama. Basis penanaman nilai-nilai agama, karakter, akhlak mulia, kemandirian, life skill, pola hidup sehat dan pembiasaan ibadah,” tambahnya.
Selanjutnya ia juga meminta sekolah untuk turut berperan dengan mengembangkan potensi anak dan membentuk karakter yang kuat dalam beragama dan berbangsa.
Sementara sekolah, ungkapnya, adalah pusat pengembangan potensi, karakter agama dan bangsa, kepemimpinan, sosial serta kebakatan, penguatan nilai-nilai agama dan kreativitas,” lanjutnya.
Sedangkan untuk masyarakat ia ingin agar masyarakat Indonesia memberikan lingkungan yang kondusif serta memberikan contoh yang baik pada anak. “Masyarakat seharusnya mengkondisikan lingkungan yang kondusif dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar,” terangnya.
Selain itu ia juga menghimbau agar ketiga hal di atas diajarkan dengan keteladanan, nasihat, pembelajaran yang kreatif serta aktivitas pengembangan diri serta memupuk jiwa sosial anak. (Muh Syaifudin Bachtiar)

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos