K aranganyar– Azkadina Karanganyar mengelar kajian kesehatan bertema “Peran Thibbun Nabawwi Dalam Era Kesehatan Zaman Now” dengan pembicara Founder Yayasan Tittari dan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi , Dr. Arief Nurudhin, Sp.PD. KR-FINASIM.
Dokter Arief menyampaikan cara untuk menyembuhkan penyakit dengan Thibbun Nabawwi ada 3 cara yaitu :
Pertama, membaca Alquran. Mempelajari Alquran manfaatnya sangat bagus, karena membacanya saja sudah mendapat pahala. Bermanfaat menenangkan jiwa, memicu hati menjadi tenteram, mengurangi setres, menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam Surah Al-Isra’ ayat 82 Allah Swt berfirman, “Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. “Dari sisi keilmuan menjelaskan semakin tenang hati kita maka insya Alah mengobati penyakit kita,” ujarnya.
Kedua, zikir kepada Allah Swt. Firman Allah Swt dalam Surah Ar-Ra’d ayat 28, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenetram.” Dokter Arief menambahkan bahwa berzikir bukan hanya bentuk ekspresi keagamaan tetapi juga memiliki unsur terapi terhadap penyaki. “Semakin tenang hati kita maka menjadi obat penyakit yang kita punya,” jelasnya.
Ketiga, salat. Salat menenteramkan hati, terutama Salat Tahajud. “Ada seorang ahli yang meneliti tentang orang yang sering Salat Tahajud dengan orang yang tidak Salat Tahajud. Terbukti bahwa orang yang sering Salat Tahajud sistem imunnya tinggi,” jelasnya.
Dokter di Rumah sakit Umum Daerah Moewardi itu juga menambahkan bahwa Salat Tahajud memiliki 10 manfaat, 5 di dunia dan 5 di akhirat. Jika tidak dikabulkan doa kita di dunia, maka Allah akan kabulkan di akhirat.
Dokter Arief menjelaskan dengan thibbun nabawwi tidak serta merta menjadi sehat, karena penyakit dapat dilihat dalam 3 hal yaitu sebagai teguran, penghapus dosa, ujian. Maka jika sakit harus tetap bersyukur kepada Allah Swt. Jika ditimpa sakit maka kita tawakal dan berdoa. Karena berdoa itu merupakan ibadah seperti kita melaksanakan salat, puasa, dan zakat. “Jadi ketika sakit berdoalah kepada Allah, perbanyak istigfar, doa, dekatkan diri kepada Allah” jelasnya.
Stres, terangnya, sangat erat kaitannya dengan sistem imun dan kondisi penyakit seseorang. Stres akan ditangkap oleh otak yang akan mengelola lalu meproduksi hormon. Jika berlebihan maka akan timbul penyakit. Maka berfikir positif akan memperbaiki kondisi tubuh, dan stres. Cara mencegah stres ala Rasulullah yaitu :
Pertama, berwudu, seperti dalam hadis riwayat Tirmidzi bahwa, “Wudu adalah sebagian dari iman.” Dokter Arief menjelaskan ada ahli THT yang menyatakan berwudu itu mencegah penyakit yaitu dengan menghirup air ke dalam hidung.
Kedua, menjaga pola makan karena makanan merupakan cikal bakal awal penyakit. Rasul menyampaikan “Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk kecuali perutnya sendiri, cukuplah makan beberapa suapan, maka bagilah perut menjadi tiga. Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, dan sepertiga untuk udara.” “Kita tidak boleh berlebihan dengan makanan. Terbukti banyak toksin yang disebabkan oleh makanan yang berlebihan” imbuh Dokter Arief.
Ketiga, bersiwak. Bersiwak atau mengosok gigi, Rasul ketika bangun tidur bersiwak dan minum. Minuman yang disukai Rasul adalah infuse water. Kalau tidak infuse water beliau minum air yang ditambah dengan madu. Ketika mendekati waktu duha beliau memakan 7 butir kurma ajwa. Ketika siang menjelang sore beliau makan roti gandum yang dicampur dengan minyak zaitun dan cuka. Rasulullah bersabda, “Makanlah dengan minyak zaitun, dan berminyaklah dengan minyak zaitun”
Rasul tidak pernah makan di atas meja atau duduk di kursi. Beliau makan mengunakan tiga jari. Beliau tidak minum sebelum makan, tidak minum ketika makan, tidak minum setelah makan kecuali beberapa saat setelah makan. Ketika malam hari Beliau makan sayur-sayuran dan tidak makan sebelum tidur. Rasul bersabda “Salatlah dua rakaat sebelum tidur setelah kalian makan.” “Ketika seseorang makan, langsung tidur, maka makanan belum dicerna dengan sempurana, sehingga makanan terdorong naik ke atas, asam lambung naik ke atas dan menimbulkan penyakit,” pungkasnya <Maftukah>