Hadila.co.id – Assalamualaikum Ustazah, saya mau tanya. Ibu saya ikut tinggal di rumah saya, dan kami sudah merawat beliau semampu kami. Namun ibu saya masih marah-marah, katanya kurang sayang sama orang tua. Ibu saya memang temperamen, kalau marah-marah suka ‘menyumpahi’. Bagaimanakah saya harus bersikap menghadapi yang demikian? Mohon sarannya ustazah. Terima kasih. Wassalamualaikum. [08967035xxxx]
Jawaban Ustazah Farida Nur’aini (Konsultan Keluarga)
Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Masya Allah, betapa beruntungnya Sahabat mempunyai kesempatan berbakti kepada ibu. Benar-benar kesempatan yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meraih pahala. Ayo kita ingat kembali saat di mana salah satu sahabat Rasulullah minta izin ikut berjihad.
“Dari Abdullah bin Amr dia berkata, ‘Ada seorang laki-laki yang meminta izin kepada Nabi Saw untuk berjihad. Maka Rasulullah Saw bersabda kepadanya, ‘Apakah kedua orang tuanya masih?’ dia menjawab ‘masih’. Beliau bersabda, ‘maka pada keduanya, hendaklah engkau berjihad (berbakti).’” (H.R. Bukhari Muslim)
Masya Allah, ternyata berbakti kepada orang tua pahalanya lebih besar daripada berjihad. Karena pahalanya demikian besar maka tentu saja untuk mendapatkannya tidak mudah. Penuh perjuangan dan tantangan. Sama halnya dengan merawat ibu, apalagi jika beliau temperamental. Kesabaran dan keikhlasan menjadi tantangan terbesarnya. Berikut saran saya:
Pertama, kedepankan kesadaran bahwa merawat orang tua itu pahala yang luar biasa. Tekanlah ego diri. Emosi adalah tantangan terbesar untuk ikhlas. Untuk menguatkan tekad, lihatlah sirah para sahabat yang berjuang untuk kebahagiaan orang tuanya. Misalnya kisah Uwais al Qarni. Orang yang tidak dikenal di dunia tetapi terkenal di langit. Ini karena perjuangannya merawat ibunya yang sudah tua. Salman al Farisi yang menggendong ibunya pergi haji dari Madinah ke Makkah sampai punggungnya lecet-lecet. Namun ternyata itu belum bisa dikatakan membalas jasa orang tua. Dalam tradisi Cina, orang tua adalah jalan sukses. Jika memperlakukan orang tua dengan baik dipercaya menjadi cara untuk sukses. Sehingga mereka benar-benar memperlakukan orang tua sebaik-baiknya.
Kedua, pahami benar apa yang membuat ibu tidak berkenan, sehingga jadi temperamental. Jaga jangan sampai melanggarnya. Pahami juga apa yang membuat ibu senang, usahakan semaksimal mungkin melakukannya. Ini tidak berlebihan, kok. Memang sudah seharusnya kita memperlakukan orang tua kita demikian. Jadikan beliau seperti ratu, maka Allah akan rida padamu.
Ketiga, menghadapi ibu yang masih berkata kasar, temperamental, maka bentengi diri dengan istigfar. Benteng itu ibarat baju besi, yang akan melindungi diri dari serangan dari luar. Panah, tombak dan senjata lain akan mental. Tak mampu menembus. Istigfar juga demikian. Akan melindungi hati dari berbagai kata kasar bahkan umpatan. Tak mempan. Jadi tak bisa menembus hati. Otomatis hati akan baik-baik saja. Senyumin saja bila ibu berkata kasar. Senyumin saja. Jangan dijawab apalagi dibantah. Orang yang marah kalau ditanggapi akan semakin menjadi. Namun kalau disenyumin dan diiyakan lama-lama akan luluh juga. Jadi, perkuat benteng untuk menangkis semua serangan. Ingat kata Rasulullah Saw, orang yang kuat bukan yang ahli gulat, tetapi yang bisa menahan emosinya.
Demikian ya, semoga Sahabat bisa senantiasa terus bersabar dalam meraih pahala. Aamiin. <>